Thursday, September 29, 2011

Roh Dan Nafsu Ikut Tua Dengan Tuanya Badan

BERSABDA Rasulullah SAW :

Terjemahannya : Barang siapa yang mencapai umur 40 tahun tetapi kebaikannya tidak dapat mengatasi kejahatannya bersiap-siaplah untuk ke Neraka.

Mengapa hal itu dapat terjadi? Dan bagaimana kita bisa selamat dari kemungkinan buruk itu? Apa harapan pada mereka yang kini sudah berumur 40 tahun ke atas, tapi belum lagi melakukan amal-amal soleh yang diperintahkan oleh Allah SWT? Insya-Allah pada tulisan ini akan coba diuraikan jawabannya dengan izin Allah SWT.

Perkembangan Lahir Batin Manusia

Sudah ditetapkan oleh Allah, bahwa semua makhluk termasuk manusia lahir ke dunia dalam keadaan belum sempurna. Kesempurnaan dicapai sesudah beberapa tahun mengalami proses pertumbuhan dan pembesaran yang berangsur-angsur. Manusia sendiri mengalami lima peringkat:

  1. Peringkat bayi.
  2. Peringkat anak-anak.
  3. Peringkat remaja.
  4. Peringkat dewasa.
  5. Peringkat tua.

Tiap-tiap peringkat mengambil waktu bertahun-tahun sebelum memasuki peringkat berikutnya. Hingga akhirnya manusia memasuki peringkat yang menurun, yakni kembali seperti sifat asal. Akhirnya mati. Demikianlah sunnatulah yang akan terus-menerus terjadi selama dunia belum kiamat.

Dalam setiap peringkat, manusia bukan saja mengalami perubahan-perubahan fisik, tetapi juga akal, hati, perasaan, nafsu dan tenaga lahir maupun batin. Proses itu terjadi dengan perlahan-lahan hingga sukar untuk diikuti. Sadar-sadar, seseorang sudah beralih dari bayi kepada anak-anak, kepada remaja, kepada dewasa dan tua. Apabila terjadi peralihan seperti itu, maka yang kelihatan berubah ialah raut mukanya, ukuran badannya dan kekuatannya. Terjadi juga perubahan-perubahan yang tidak kelihatan tapi dapat dirasakan, yakni fikiran, perasaan, jiwa, nafsu dan tenaga. Semuanya meningkat kepada kematangan yang memuncak, kemudian menurun kepada sifat asal. Proses ini mengambil waktu lebih 60 tahun untuk mencapai kesempurnaannya. Manusia yang umurnya tidak selama itu, tidak sempat mengalami kesempurnaan dalam pertumbuhan lahir batinnya.

Dari lima peringkat peralihan yang dialami oleh manusla itu, peringkat kematangan yang tertinggi ialah peringkat dewasa dan yang paling lemah ialah di peringkat bayi dan peringkat tua. Lihat firman Allah:

Terjemahnya: Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dan ketika, sedang dia saat itu belum merupakan sesuatu yang dapar disebut. Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes air mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan) karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat. (Al Insan: 1-2)

Firman-Nya lagi :

Terjemahnya: Dan barang siapa yang Kami panjangkan umurya niscaya Kami kembalikan dia kepada asal kejadiannya (lemah dan kurang akal). Maka apakah mereka tidak memikirkan? (Yaasin: 68)

Di peringkat anak-anak dan remaja, manusia mengalami perkembangan paling subur dan penting. Waktu inilah pendidikan dan ilmu pelajaran mudah diterima dan manusia diwarnai sesuai dengan bentuk pendidikan yang diterimanya. Daya penerimaan ini bergantung pada kekuatan faktor-faktor batiniah manusia ini, yakni akalnya, jiwanya, nafsunya, tenaganya dan perasaannya. Jika akal kuat, ilmu akan diperoleh dengan cepat dan banyak. Jika ilmu dan pendidikan yang diterima itu ilmu dan pendidikan yang baik maka suburlah jiwanya (rohnya), dengan sifat-sifat yang baik (mahmudah).

Sebaliknya pendidikan yang salah akan membuat nafsu menjadi liar dan merusak jiwa. Perasaan manusia bergantung kepada baik atau buruk didikan dan ilmu yang diperoleh. Jika pendidikan baik, maka perasaan akan jadi bersih dan halus. Tapi kalau pendidikan buruk, maka perasaannya jadi kasar dan keras. Demikianlah proses terjadinya perkembangan itu sedikit demi sedikit tanpa disadari. Manusia tidak dapat mengetahui bentuk jiwa atau akal dan nafsu seorang manusia lain, tetapi hasilnya dapat dilihat pada sikap, akhlak, percakapan dan jalan hidupnya. Kalau baik batin, baiklah kehidupan lahirnya, kalau jahat batin maka jahatlah kehidupan lahirnya.

Maksud Hadis:

Di dalam diri anak Adam ada sepotong daging, jika baik daging itu, baiklah manusia itu. jika jahat, maka jahatlah dia. ketahuilah itulah hati. (Riwayat Bukhari & Muslim)

Fisik meningkat karena dibantu oleh makanan dan kesehatan tubuh. Sedangkan batin manusia meningkat mengikuti ilmu dan didikan yang diterima. Tapi peningkatan ada batasnya. Sesudah batas itu, terjadilah penurunan dalam hidup manusia. Fisik mulai lemah dan batin pun juga mulai melemah. Di peringkat ini makanan selezat apapun tidak akan meningkatkan perkembangan lahir dan batinnya. Didikan yang sebaik apapun tidak bisa membentuk manusia lagi sebab zaman penurunan sudah bermula. Umpama bunga yang hendak gugur walau diberi pupuk sebanyak apapun, tidak dapat menahannya dari gugur.

Puncak Pertumbuhan Manusia

Tahap umur ketika manusia berada pada puncak pertumbuhan dan pada awal penurunan ialah 40 tahun. Pada waktu ini fisik sudah cukup dewasa. Akal, jiwa, perasaan dan nafsu sudah sampai ke puncaknya dan mulailah untuk lemah kembali. Kalau sewaktu umur 40 tahun kekuatan tenaganya sepuluh tenaga kuda, maka sesudah itu tidak akan bertambah lagi. Demikian juga akalnya, tidak akan berkembang lagi. Kalau cerdik, dia akan tetap cerdik. Kalau bodoh, tetap bodoh. Tidak terjadi lagi sesudah 40 tahun orang bodoh mau dicerdikkan. Kalau jiwanya kuat, ia akan tetap kuat, tidak bisa ditukar-tukar lagi. Begitu juga nafsunya kalau baik, ia akan terus baik, kalau jahat, jahat tetap akan jahat, sudah susah untuk dibentuk lagi. Demikianlah seterusnya.

Sebab itu seandainya kita ingin mewarnai hidup kita, lakukanlah sebelum 40 tahun, manusia sesudah usia ini tidak bisa dibentuk lagi. Sebab itu ada pepatah Melayu yang mengatakan:

"Melentur buluh biar dari rebungnya."

Rebung lembut, dapat dilenturkan. Tapi buluh sudah keras, tidak dapat dilenturkan lagi. Itulah maksudnya. Manusia kalau mau mencari harta, membangun kemewahan dalam hidup atau pangkat tinggi atau ingin memperjuangkan kebenaran, maka usaha kearah itu hendaklah dibuat pada awal-awal kehidupan dewasanya. Waktu itu lahir batinnya sudah cukup siap untuk diajak bekerja. Semua orang maklum akan hal ini. Sebab itu tak seorang pun pernah berkata :

"masa muda ini, aku akan gunakan untuk istirahat. Nanti kalau sudah tua baru aku akan cari harta, buka hutan, cari ilmu dan berkebun."

Kata-kata seperti itu sangatlah tidak masuk akal. Sebab manusia faham, apabila tua tenaga sudah lemah. Sebab itu orang-orang muda bekerja keras mencari harta untuk hari tuanya. Harta-harta yang didapatnya dikumpulkan dan disimpan untuk hari tua. Tapi itu hanya untuk keperluan lahiriah manusia. Pemahaman seperti ini hanya dimaksudkan pada keperluan fisik semata-mata. Manusia tidak faham dan tidak sadar bahwa keperluan batiniah juga begitu. Sebab itu kita selalu mendengar orang berkata:

"Waktu muda kita santai dulu. Nanti kalau sudah tua baru kita beribadah."

Orang ini berpikir bahwa beribadah itu mudah. Kalau teringat, langsung bisa dilakukan. Padahal dalam pengalaman hidup manusia, orang yang tidak dilatih beribadah sejak anak-anak, apabila sudah tua tidak akan mampu melakukannya. Walaupun keinginan untuk beribadahnya besar sekali. Kenapa? Sebab roh dan nafsu atau batin kita turut tua bersama tuanya umur dan badan kita. Batin atau roh dan nafsu kita mengalami proses tua dan muda, bertenaga dan lemah serta meningkat dan menurun secara bersamaan, seperti fisik kita (cuma tidak dapat dilihat oleh mata kasar). Kalau fisik kuat pada waktu muda, roh juga begitu. Kalau fisik harus berusaha untuk hari tuanya di masa mudanya, maka roh juga begitu. Kalau kita berkebun waktu muda, maka beribadah juga mesti dididik dan dilatih sejak muda (anak-anak). Hingga apabila tua nanti hanya tinggal meneruskannya, karena sudah terlatih dan terbiasa.

Sebagaimana tidak masuk akalnya orang ingin berkebun pada waktu tua, karena hendak beristirahat pada waktu muda begitulah tidak masuk akalnya orang mau memulai ibadah dan berjuang pada hari tuanya. Sedangkan waktu muda waktu dihabiskannya untuk berfoya-foya. Karena jiwa yang sudah menyatu dengan maksiat, nafsu yang begitu ganas dan rakus, tua dalam keadaan bergelumang dengan perbuatan-perbuatan jahat, tidak bisa diubah untuk menjadi jiwa yang taat lagi. Walaupun manusia itu ingin sekali berubah, namun rohnya sudah tidak siap lagi.

Umpama seorang pecandu narkotik, amat susah untuk menghentikannya dari ketagihan narkotik walaupun dia memang ingin berhenti. Sebab jiwa yang sudah biasa dengan sesuatu keburukan atau kebaikan hingga sifat itu telah menjadi tabiat, sukar untuk diubah. Apalagi kalau keinginan untuk berubah itu pada waktu umur 40 tahun ke atas, ketika tempo perubahan sudah selesai.

Sama juga halnya dengan seseorang yang sudah biasa makan nasi sebagai makanan asas dan utama, tiba-tiba mau menukarnya kepada roti. Seminggu saja sudah cukup untuk dia merasa menderita karena tidak dapat nasi. Sesudah itu pasti dia akan sedaya upaya mendapatkan nasi karena selera yang sudah terbiasa dan menyatu dengan nasi itu sudah tidak dapat disesuaikan dengan makanan lain. Walaupun empunya diri ingin berbuat begitu tapi seleranya tidak siap untuk menerimanya.

Demikianlah halnya dengan seseorang yang sudah 40 tahun berada di jalan syaitan dan nafsu, tidak beribadah kepada Allah. Kemudian baru tersadar dan ingin berubah maka adalah hampir-hampir mustahil baginya untuk berubah. Sebab itu Rasulullah SAW bersabda:

Terjemahnya : Barang siapa yang menjangkau umur 40 tahun tapi kebaikannya tidak mengatasi kejahatannya, bersiap-siaplah untuk ke neraka.

Mengapa Rasulullah berkata demikian? Bukankah ampunan Allah dan pertolongan-Nya bisa mengatasi segala-galanya? Jawabnya ialah karena Rasulullah ingin memberitahu kita bahwa sifat-sifat yang baik, amal-amal soleh, akhlak yang mulia, nafsu yang jinak dan tenang, iman dan taqwa itu bukannya datang sendiri secara tiba-tiba. Perkara-perkara ini mesti dipelajari, dicari, diasuh, dididik, dilatih, diamalkan selalu sedari kecil lagi, barulah ia akan jadi sifat dan akhlak kita.

Seorang yang tidak berusaha untuk mencari kebaikan, sebaliknya menghabiskan umurnya untuk merancang dan melaksanakan kehendak-kehendak duniawi, nafsu dan syaitan, tentulah tidak begitu mudah untuk dimaafkan. Dan kalau sampai 40 tahun pun belum mau berusaha mengenali Allah dan taat kepada-Nya, sedangkan segala ilmu dunia dan kekayaan dunia sudah diperjuangkan begitu lama sekali, sudah selayaknya untuknya api neraka. Masakan tidak terfikir olehnya bahwa dia diciptakan oleh Allah, dan patut sekali mensyukuri nikmat itu dan berbakti pada Allah. Dan kalaulah hal itu pernah melintas dalam fikirannya, tapi sengaja tidak dipedulikan, karena mau sepuas-puasnya dengan dunia, hinggalah menjangkau 40 tahun lamanya, sungguh munasabah kalau orang seperti ini dilemparkan ke dalam Neraka. Tiada maaf baginya. Sesudah terasa susah payah dan lemah anggota baru teringat akan Allah sedangkan pada waktu senang dan kuat bertenaga, sangat durhaka pada Allah.

Manusia yang bersifat begini, memang patut disuruh bersiap-siap untuk ke Neraka. Dari hadis itu, kita juga dapat faham bahwa seseorang yang sudah biasa dan lama dalam kejahatan memang susah hendak diubah ke arah kebaikan. Harapannya tipis sekali. Umpama seorang yang sudah lama berpenyakit kudis, darah tinggi, kencing manis, sakit jantung atau semuanya sekaligus, sudah terlalu kronis, sudah hampir maut, baru teringat hendak datang kepada dokter untuk berobat.

Waktu mula-mula kena penyakit, tidak mau berobat karena dianggapnya tidak bahaya atau bisa tahan atau tunggu waktu yang baik. Apabila keadaan sudah serius, baru pergi berobat, tentu dokter akan berkata "tiada harapan lagi". Dokter tak salah berkata begitu. Pasien itu sendiri yang bersalah karena membiarkan sakit begitu lama baru ingat hendak berobat.

Demikian juga halnya dengan jiwa yang sakit. Oleh karena sudah lama dibiarkan, sudah menyatu dengan sikap dan akhlak yang keji, tentu sukar sekali untuk diobati. Nafsu yang sudah merajalela dalam diri memang sukar untuk dikendalikan. Jumpailah dokter walau seahli apa pun, kalau waktu untuk proses pendidikan jiwa itu sudah tamat maka mujahadah (melawan hawa nafsu) tidak akan berpengaruh lagi.

  • Setelah 40 tahun hati tidak kenal Allah, tidak kenal akhirat, islam, dan iman, tentu susah hendak menjadikannya yakin sesudah itu.
  • Umpama anak yang tidak tahu siapa ibunya, tiba-tiba waktu 40 tahun diperkenalkan kepada ibunya, tentu susah untuk menanam kasih sayang dan kecintaan kepada ibu tadi. Sebab kasih itu sudah diberikan kepada ibu angkatnya Begitulah susahnya orang yang sudah 40 tahun mengekalkan sifat sombong dan besar diri, untuk berjuang menjadi tawaduk atau rendah diri.
  • Sesudah 40 tahun mengekalkan sifat kikir, hingga sifat itu sudah menjadi akhlak dan perangainya, bukan mudah hendak mendidik hati jadi pemurah.
  • Sesudah 40 tahun menjadi pemarah dan pembengis, sulit untuk berubah menjadi pengasih dan lemah lembut.
  • Sesudah 40 tahun iri hati dengan sesama manusia, tentu tidak mudah untuk menjadi orang yang berlapang dada dengan manusia.
  • Sesudah 40 tahun tidak sabar, tidak redha, maka tentu susah untuk tiba-tiba berganti menjadi seorang yang sabar dan redha dengan ketentuan Allah.
  • Sesudah 40 tahun berpenyakit jiwa gila dipuji, gila pangkat, gila dunia, tentulah harapan tipis untuk berubah menjadi seorang yang zuhud. Bahkan ada orang yang sudah mau mati masih sanggup menyebut "harta saya", "kebun saya" dan "uang saya". Begitulah seterusnya!

Umat islam perlu fahami dan sadari benar-benar akan hakikat ini agar usaha-usaha membaiki diri lahir dan batin tidak ditunda-tunda lagi, supaya kita tidak menyesal dikemudian hari, karena menemukan segala-galanya sudah terlewat.

Perkara Batin Sulit Dibuat

Kita juga harus sadar bahwa untuk melakukan kebaikan, baik itu kebaikan lahir, apalagi batin, bukannya mudah. Sebenarnya ia lebih susah dari mencari rezeki, pangkat dan ilmu pengetahuan dan lain-lain. Sebab kita terpaksa berhadapan dengan musuh-musuh batin yang sangat jahat yaitu nafsu dan syaitan. Musuh-musuh yang tidak pernah beristirahat untuk mencelakakan kita. Nafsu itu sudah lama kita turuti ajakannya. Sudah manja dan sudah gemuk karena mendapat layanan yang baik dari kita. Sebab itu walaupun kita sudah sadar keterlanjuran selama ini, namun terasa susah sekali untuk menjinakkan dan menenangkan nafsu itu.

Sifat sombong kita, misalnya, yang sudah menjadi perangai dan akhlak kita sekian lama, sulit untuk dibongkar. Kita senantiasa meninggikan diri terhadap dengan manusia lain, merendah-rendahkan dan menyinggung perasaan orang lain. Apabila kita sadar, kita pun bertekad bulat tidak mau lagi mengulangi perkara yang dibenci Allah itu. Tapi apakah hanya dengan tekad itu kita langsung berubah? Jawabnya, tidak! Nafsu sombong yang sudah bertakhta dalam diri itu akan terus bekerja. Pantang ada orang yang bersalah dengan kita, langsung kita maki-maki orang itu sepuas hati kita. Pantang melihat kelemahan orang lain, terus kita sebut-sebut dan sebarkan hingga terhinalah orang itu. Pantang ada orang menegur, kita singgung orang itu sampai melukai perasaannya.

Kita sadar hal itu dibenci Allah maka kita sangat menyesal selepas setiap kali melakukannya. Tapi kesal itu tidak mengubah kita. Buktinya, apabila terjadi lagi hal-hal yang menantang ego (ke-aku-an) kita, kita pun marah. Menyesal, kemudian buat lagi. Begitulah yang terjadi. Kita ingin untuk terus berubah tapi tidak semudah itu. Nafsu yang sudah terlalu jahat itu terasa susah betul hendak dijinakkan. Kita selalu kalah dalam bermujahadah. Kadang-kadang mati akal dibuatnya. Terasa perihnya berhadapan dengan kejahatan nafsu, padahal umur kita belum 40 tahun, sudah terasa benar susahnya. Apalagi kalau sudah tua, yang nafsu itu pun sudah tua, memang tipis harapan untuk diselamatkan.

Melawan Nafsu Mesti Sejak Anak-Anak

Nafsu yang sudah tua sulit untuk dikendalikan. Oleh karena itu pendidikan hati mestilah dibuat sewaktu masih anak-anak. Jinakkan nafsu sebelum menjadi liar. Latih anak-anak dengan segala kebaikan lahir dan batin sewaktu mereka belum pandai membuat kejahatan. Kemudian lanjutkan hingga ke umur remaja dan dewasa. Insya-Allah barulah nanti kebaikan-kebaikan itu mudah dilakukan. Tidak susah mujahadah lagi. Tapi zaman sekarang, anak-anak orang Islam dari kecil sudah dididik dengan cara Barat, sehingga besar pun dididik oleh orang-orang Barat atau diantar ke sekolah yang menjalankan pendidikan sekuler.

Anak-anak dididik agar tidak kenal Allah, Rasulullah dan alam akhirat, tidak hormat guru dan orang tua, tidak malu, sombong, hasad dengki, mementingkan diri sendiri, tamak, gila dunia, gila pangkat dan pujian, bakhil, dendam dan lain-lain lagi, secara langsung atau tidak langsung. Ilmu sebaik mana pun kalau diberi kepada seorang yang kotor hatinya dan buruk akhlaknya, niscaya akan digunakan ke arah kejahatan juga. Sebab itulah masyarakat kita tidak hidup bahagia lagi karena berhadapan dengan berbagai-bagai masalah yang dilakukan oleh manusia-manusia yang pandai dan bijak ini.

Suap, mencuri, merampok, menipu, berzina, menyalah gunakan kekuasaan, permusuhan, perebutan kekuasaan, narkoba, minuman keras, memfitnah dan lain-lain. Semakin tua usia seseorang, bukannya semakin baik, tapi semakin rusak. Sebab nafsu dan rohnya semakin tua bersama tuanya badan. Sedangkan jiwanya yang murni tidak berfungsi karena lemah iman dan taqwa.

Untuk memperbaiki keadaan ini, pendidikan Islam mestilah diterima dan dilaksanakan. Bagi yang sudah dewasa rajin-rajinlah mendengar ceramah dakwah dan bersungguh-sungguhlah bermujahadah. Dan bagi yang sudah tua, bertaubatlah banyak-banyak dan bersungguh-sungguh kepada Allah. Mudah-mudahan Allah memelihara kita dari api Neraka.

Catatan mengenai beberapa terminologi dalam artikel ini:

  • Mujahadah: berusaha sungguh-sungguh untuk melawan hawa nafsu
  • Zuhud artinya tidak merasa bahwa kekayaan dan harta itu kita yang punya. Zuhud artinya merasakan harta dan kekayaan itu kepunyaan Allah yang perlu dibagi-bagikan kepada yang berhak. Zuhud bukan bermaksud tidak kaya atau tidak berharta. Zuhud artinya mempunyai kekayaan di tangan tapi tidak di hati. Orang yang zuhud ialah orang yang telah memiskinkan dirinya hingga mudah baginya menggunakan kekayaannya untuk masyarakat dan golongan yang memerlukan.
  • Sekuler: pandangan kehidupan yang memisahkan antara kehidupan dunia dengan akhirat. Agama hanya mengatur ibadah pokok (misal shalat, puasa , zakat , dsb) , sedangkan kehidupan dunia yang umum lainnya diatur dengan cara manusia (misal politik, ekonomi, budaya, teknologi dsb).

Referensi

Wednesday, September 28, 2011

Tujuan Pernikahan Yang Kurang Tepat

Rasululah SAW sudah memberikan panduan kepada umatnya tentang apa sebenarnya tujuan pernikahan dalam Islam, serta bagaimana seseorang itu menentukan siapa yang akan dijadikan pasangan hidupnya. Namun pada zaman ini yang terjadi adalah seringnya pernikahan yang tidak dihubungkan dengan Islam:

  • Pernikahan tidak membawa cita-cita Islam.
  • Pernikahan tidak lagi dihubungkan dengan perjuangan Islam.
  • Pernikahan tidak lagi mempunyai cita-cita untuk menegakkan tapak masyarakat dan umat Islam.
  • Pernikahan bukan lagi dengan tujuan-tujuan untuk menyiapkan aset jangka panjang untuk satu perjuangan Islam yang sambung-menyambung.

Pada akhirnya yang menjadi tujuan utama pernikahan adalah banyak tujuan lain dan kriteria lain yang umumnya bersifat keduniaan dan tidak penting dari sisi akhirat. Berikut ini adalah beberapa di antaranya:

  • Pernikahan terutama tujuannya adalah memuaskan nafsu seks, untuk berhibur dan bersenang-senang saja.
  • Pernikahan sekedar untuk mendapatkan anak.
  • Bagi seorang perempuan, pernikahan adalah untuk mendapatkan perlindungan dari suami
  • Supaya tidak kesepian dalam kehidupan
  • Karena malu jadi perawan tua / jomblo.
  • Sekedar untuk mendapatkan ahli waris yang akan mewarisi harta
  • Menikah agar pada waktu tua akan ada yang mengurus dirinya

Perkara-perkara di atas sebenarnya bukan tujuan utama pernikahan. Kalau pernikahan itu dilakukan atas dasar Islam, sebenarnya perkara-perkara duniawi di atas akan otomatis didapatkan.

Pernikahan dengan tujuan yang tidak dihubungkan dengan Islam mempunyai efek buruk seperti berikut ini:

  • Jika ada anak , pendidikan anak-anak tidak murni didasarkan pada tujuan Islam, seringnya pendidikan dilakukan dengan tujuan dunia.
  • Keluarga tidak akan menjadi lahir rumah tangga atau keluarga Islam.
  • Jika Islam tidak dapat ditegakkan di peringkat keluarga, sudah tentu ia tidak lahir di dalam masyarakat, dalam negara, dan lebih-lebih lagi dalam alam sejagat kerana sudah tentu lebih sulit lagi untuk menegakkannya. Akibatnya masyarakat Islam tidak wujud di muka bumi.

Referensi

Tujuan Pernikahan Dalam Islam


Tujuan pernikahan menurut Islam yang sebenarnya adalah sebagai berikut:
  1. Menjauhkan diri dari zina.
    Allah Taala telah mentakdirkan bahwa lelaki ada nafsu/keinginan kepada perempuan. Perempuan juga ada nafsu dengan lelaki. Hakikat ini tidak dapat ditolak. Kita tidak dapat lari dari dorongan alamiah itu. Oleh karena itu untuk menyelamatkan keadaan maka tujuan kita menikah agar jangan sampai kita melakukan zina yang terkutuk. Mestilah kita menikah agar ia tersalur secara yang halal yang memang dibenarkan oleh Allah Taala yang Maha Pengasih.
  2. Mendapatkan keturunan.
    Daripada hubungan suami isteri itu, adalah sebagai sebab pertemuan benih kedua jenis manusia yang akan melahirkan zuriat (keturunan), anak-anak, cucu-cucu yang ingin sangat kita jaga, asuh, didik, diberi iman dan ilmu, agar menjadi hamba-hamba Allah yang berakhlak dan bertaqwa. Yang akan menyambung perjuangan Islam kita agar perjuangan Islam kita bersambung selepas kita mati. Memang setiap umat Islam yang belum rusak jiwanya sangat menginginkan generasi penerusnya.
  3. Mendapatkan tenaga untuk kemajuan Islam.
    Dari keturunan yang kita dapatkan dari pernikahan, kita inginkan anak yang akan kita didik menjadi seorang Islam yang sejati dan anak itu adalah merupakan aset kepada kita. Anak itu sendiri pula boleh menjadi harta dan tenaga kepada Islam.
  4. Aset simpanan di akhirat.
    Dengan pernikahan itu, jika tujuan kita mendapat anak berhasil, dan berhasil pula dididik dengan Islam dan menjadi seorang muslim yang berguna, kemudian dia akan melahirkan cucu yang juga berjaya dididik secara Islam dengan sebaik-baiknya, berapa banyak pahala yang kita dapat sambung-menyambung. Itu adalah merupakan aset simpanan kita di Akhirat kelak
    Sabda Rasulullah SAW:
    Maksudnya: Apabila meninggalnya anak Adam maka terputuslah segala amalannya kecuali tiga perkara yaitu doa anak yang soleh, sedekah jariah dan ilmu yang bermanfaat. (Riwayat Muslim)
  5. Mewujudkan suatu masyarakat Islam.
    Alangkah indahnya kalau Islam yang maha indah itu dapat menjadi budaya hidup sebagaimana yang pernah mengisi ruangan dunia ini di masa yang silam, selama tiga abad dari sejak Rasulullah SAW. Sekarang keadaan itu tinggal nostalgia saja. Yang tinggal pada hari ini hanya akidah dan ibadah. Itu pun tidak semua umat Islam mengerjakannya. Kita sangat ingin keindahan Islam itu dapat diwujudkan. Di dalam suasana keluarga pun jadilah, karena hari ini, hendak buat lebih dari itu memang amat sulit sekali. Lantaran itulah pernikahan itu amat perlu sekali karena hendak melahirkan masyarakat Islam kecil. Moga-moga dari situ akan muncul masyarakat Islam yang lebih besar.
  6. Menghibur hati Rasulullah SAW.
    Seorang muslim bukan saja diperintah untuk mencari keredhaan Allah Taala tetapi diperintah juga untuk menghibur hati kekasih Allah Taala yaitu Rasulullah SAW, yang mana Rasulullah SAW sangat berbangga dengan ramainya pengikut atau umatnya di Akhirat kelak. Maka sebab itulah Rasulullah SAW menyuruh umatnya menikah.
    Maksudnya: Bernikahlah kamu supaya kamu berketurunan dan supaya kamu menjadi banyak, karena sesungguhnya aku akan berbangga dengan umatku yang ramai di hari Kiamat. (Riwayat Al Baihaqi)
    Setiap umat Islam hendaknya apa yang menjadi kesukaan Rasul-Nya itulah juga kesukaan mereka.
  7. Menambah jumlah umat Islam.
    Kalaulah Rasulullah SAW berbangga dan bergembira dengan banyaknya umat, maka kita sepatutnya juga berbangga dengan ramainya umat Islam di dunia ini. Maka untuk memperbanyakkannya, lantaran itulah kita menikah. Jadi kita menikah itu ada bermotifkan untuk menambah jumlah umat Islam. Ada cita-cita Islam sejagat. Kita menikah itu ada cita-cita besar, bukan sekadar sebatas hendak melepaskan nafsu seks seperti cita-cita kebanyakan manusia.
  8. Menyambung zuriat/keturunan.
    Menikah itu jangan sampai putus zuriat karena kita berbangga dapat menyambung zuriat yang menerima Islam sebagai agamanya dan dengan keturunan itulah orang kenal siapa asal-usul kita atau mereka.
  9. Menghibur hamba Allah.
    Tujuan-tujuan lain sebagai maksud tambahan daripada pernikahan bahwa setiap lelaki dan perempuan yang menjadi pasangan suami isteri hendaklah meniatkan satu sama lain hendak memberi hiburan kepada seorang hamba Allah Ta'ala yang inginkan hiburan, karena niat menghiburkan orang mukmin itu mendapat pahala.
Demikianlah beberapa tujuan pernikahan yang ada hubungan dengan kemajuan Islam. Nampak bahwa pernikahan itu bukan sekedar untuk memenuhi keperluan nafsu antara laki-laki dan perempuan, namun ada banyak tujuan-tujuan lain yang menghasilkan kemuliaan dalam Islam. Jika sudah memahami tujuan-tujuan tersebut, maka akan lebih mudah dalam memilih orang yang akan dijadikan pasangan hidup.

Selain atas dasar tujuan-tujuan ini, ada juga sebagian orang yang menikah atas dasar tujuan yang kurang kuat.

Referensi

Pertimbangan Memilih Pasangan Hidup

Seseorang dalam memilih jodoh / pasangan hidup baik lelaki atau perempuan pada umumnya dilakukan berdasarkan berbagai sudut dan aspek. Berikut ini berbagai sudut dan aspek yang dijadikan kriteria dalam memilih pasangan hidupnya tersebut:
  1. Berdasarkan penampilan fisiknya.
    Kalau laki-laki, memilih istri berdasarkan kecantikan calon istri. Kalau perempuan memilih suami berdasarkan kegagahan dan tampannya seorang lelaki. Memilih pasangan hidup berdasarkan kriteria ini amat berbahaya. Keadaan fisik orang sangat mudah berubah. Kecantikan seorang perempuan dan ketampanan seorang laki-laki mudah hilang berdasarkan umur. Kalau seorang perempuan itu sudah tidak cantik lagi dan suami sudah tidak begitu tampan, efeknya adalah daya tarik antara suami-istri melemah. Kurang ada tarikan untuk hubungan suami isteri sebab birahi sudah lemah. Apalagi di zaman ini di luar rumah (seperti di tempat kerja) pergaulan laki-laki perempuan seringnya bebas, daya tarik kepada perempuan atau lelaki lain lebih besar daripada kepada isteri atau suami sendiri, sehingga di waktu itu antara pasangan suami istri mudah saja untuk bertengkar atau bercerai.

    Pada keadaan ini, kalau tidak bercerai pun oleh karena anak sudah banyak, karena tidak mau berpisah dengan anak-anak, namun hubungan suami isteri sudah tidak indah lagi. Kerenggangan dan marah-marah pun mudah terjadi . Singgung menyinggung pun terjadi. Mudah saja saling benci membenci. Kalau begitu di hilanglah keindahan berkeluarga , dan juga memberi tekanan psikologi kepada anak-anak. Anak-anak akan menjadi korban, mungkin mereka akan menjadi liar, jauh dengan orang tua, benci tinggal di rumah, suka mencari hiburan di luar rumah, maka mudahlah terjebak dan terlibat dengan narkoba, rokok, minuman keras, pergaulan bebas, mungkin terlibat dengan zina dan berbagai kriminalitas karena berasal daripada rumah tangga yang tidak bahagia dan tidak harmoni.
  2. Berdasarkan kekayaannya.
    Ada orang memilih jodoh baik lelaki atau perempuan karena kekayaannya. Dia mungkin kaya karena gajinya besar, karena dia dari keturunan orang kaya atau sebab-sebab lain. Ini juga amat berbahaya. Penjelasannya adalah sebagai berikut:
    • Kekayaan mudah hilang. Dapat saja terjadi dengan takdir Allah Taala, si isteri atau suami itu dipecat. Dapat terjadi kekayaan yang ada itu habis atau dia jatuh miskin karena berbagai-bagai sebab Di waktu itu sudah tentu akan terjadi kerenggangan di antara suami isteri karena dari awal memang perekat antara suami-istri adalah kekayaan tersebut.. Mulailah tidak senang satu sama lain, benci-membenci pun dapat terjadi. Masam-masam muka pun terjadi. Pertengkaran dan krisis rumah tangga pun terjadi. Pintu perceraian pun terbuka. Kalau tidak bercerai pun hal ini dilakukan karena tidak mau berpisah dengan anak-anak atau karena hendak menjaga status diri. Tapi apalah artinya lagi rumah tangga yang sentiasa bergolak dan bergelora macam air laut yang sentiasa bergelombang. Yang akan lemas adalah anak-anak yang tidak berdosa, anak-anak juga akan mengalami seperti yang sudah kita ceritakan di atas.
    • Istri kurang hormat pada suami.
      Biasanya seorang lelaki menikah dengan perempuan karena kekayaannya, si isteri tidak begitu hormat dengan suaminya. Ini karena dia merasakan bahwa dialah yang menanggung suaminya. Atau kalau dia tidak menanggung pun, dia merasakan dapat berdikari tanpa pemberian suami. Ada suami atau tiada suamikah, dia sanggup hidup sendiri karena memiliki kekayaan.

      Dengan sebab itu lama-kelamaan taat dan setianya kepada suami itu akan berkurang. Bahkan kalau suami itu bersandar hidup dengan isteri, isteri biasanya memperbudak suaminya sesuka hati. Di arah ke sana, arah ke sini, suruh itu, suruh ini, dia akan kontrol suami sesuka hati . Akhirnya wibawa suami tergugat, kuasa suami sudah tiada lagi, bahkan takut kepada bini atau bapak mertua atau ibu mertua.

      Namun demikian hal ini tidak menjadi masalah bagi perempuan yang solehah & bertaqwa. Bahkan pada zaman dulu ada perempuan kaya yang sengaja mencari suami soleh supaya dia mudah untuk mendermakan harta yang dia miliki.

  3. Berdasarkan keturunan.
    Ada orang menikah karena keturunan seperti keturunan orang-orang yang bangsawan, umpamanya keturunan raja, keturunan Datuk-Datuk atau keturunan orang-orang besar. Kalaulah pernikahan itu atas dasar itu saja yang tidak ada bersangkutan dengan agamanya, ini amat berbahaya lebih-lebih lagi kalau keturunan bangsawan itu adalah isteri. Di waktu-waktu berselisih faham dia akan menyebut-nyebut keturunannya dan dia akan menghina keturunan suami. Atau biasa orang berketurunan bangsawan itu kalau tidak ada agama, dia sombong dengan suami, atau keluarganya memandang rendah terhadap suami hingga suami akan terasa terhina atau merasa rendah. Di sini dapat mencacatkan kebahagiaan dan keharmonian suami di dalam rumahtangga.
  4. Menikah karena agamanya. Seorang menikah baik lelaki atau perempuan karena agamanya, itulah yang tepat. Itulah yang dituntut oleh syariat Islam.
    Rasulullah SAW bersabda:
    Maksudnya:" Dinikahi perempuan itu karena empat perkara: karena hartanya, keturunannya, kecantikannya dan karena agamanya. Tetapi ambillah perempuan yang beragama supaya beruntung hidupmu." (Riwayat Bukhari dan Muslim)
    Hal ini adalah dipuji oleh Allah dan Rasul karena menikah di atas dasar agama itu, baik dia cantik atau tidak, kaya atau miskin, bangsawan atau orang biasa, masing-masing tetap merendah hati, berakhlak mulia, suami kasih dengan isteri, isteri menghormati suami, suami memberi tanggungjawab terhadap isteri, isteri juga memberi tanggungjawab kepada suami. Akan berlaku tenggang rasa, isteri mengutamakan suami, suami bertimbang rasa dengan isteri, ada kerjasama, masing-masing berlomba-lomba hendak layan-melayan satu sama lain, maaf-bermaafan, isteri memandang hormat dengan suaminya, suami senantiasa belas kasihan dengan isteri, kedua-dua keluarga dihormati, Allah Taala sentiasa dibesarkan melalui ibadah yang berbagai jenisnya. Perjalanan hidup Rasul dijadikan tradisi kehidupan mereka. Allah, Rasul, Syurga, Neraka, dosa, pahala, menjadi bahan percakapan. Walaupun berusaha mencari kekayaan dunia namun ia dipandang kecil, bukan menjadi tujuan, bukan menjadi bahan perbincangan. Akhirnya dunia selamat, akhirat selamat. Wujudlah kebahagiaan dan keharmonian di dalam rumahtangga.

Referensi

Tuesday, September 27, 2011

Penyebab Hidayah Hilang Dari Seseorang

Hidayah dan taufik kalau kita tidak pandai menjaganya akan diambil atau akan hilang dari kita. Di waktu itu kita akan hidup terombang-ambing. Tidak ada disiplin, tiada istiqamah, malas beramal, mudah melakukan maksiat, jiwa derita dan sengsara walaupun punya kekayaan yang banyak dan serba ada.
Di antara sebab-sebab hidayah dan taufik ditarik balik adalah sebagai berikut:
  1. Kita durhaka pada guru kita yang pernah memberi pengajaran kepada kita dan lari dari pimpinan guru. Di waktu itu kita kehilangan pemimpin. Maka hidup kita akan terombang-ambing tak tentu arah.
  2. Durhaka kepada orang tua, apabila kita sia-siakan kedua-duanya, kita biarkan ibu dan bapak kita tidak terurus dan terjaga. Apalagi kalau dia sampai marah atau rasa tidak senang dengan kita.
  3. Apabila jiwa kita telah terpengaruh dengan dunia, kita akan merasa tidak suka beribadah, atau mulai terasa berat mengerjakannya, maka perlahan-lahan akan luntur hidayah tersebut dan dengan halal dan haram mulai tidak dihiraukan sehingga perasaan takut kepada Tuhan perlahan-lahan dihapus dari hati kita hingga akhirnya hilang sama sekali.
  4. Menzalimi orang. Dengan sebab menzalimi, rasa takut kepada Tuhan sedikit demi sedikit dicabut. Selepas itu lalai akan datang. Malas beribadah. Kemungkaran dan maksiat sedikit demi sedikit sudah berani dibuat. Begitulah seterusnya hingga hanyut dan tenggelam di dalam maksiat.
  5. Mulai bergaul bebas dengan orang-orang yang tidak menjaga syariat. Kemudian bertambah merasa senang dengan kebebasan itu. Lalu kelepasan bertambah suka dengan perbuatan tersebut dan setelah itu langsung hanyut dalam arus kemungkaran dan maksiat. Perasaan takut dengan Tuhan pun lenyap.
Demikianlah beberapa perkara yang dapat menghapuskan hidayah dan taufik dari diri kita. Untuk itu hindarilah perbuatan-perbuatan yang dapat menyebabkan hidayah hilang, serta menjaga perkara-perkara yang dapat menjaga hidayah dan taufik dalam diri kita.

Referensi

Menjaga Hidayah Dan Taufik

17: Antara Sebab Seseorang Mendapat Hidayah.html
Telah diungkapkan bahwa hidayah adalah sesuatu yang mahal namun dapat hilang. Untuk itu perlu ada usaha-usaha untuk menjaga dan memelihara hidayah dan taufik agar kekal menjadi milik kita atau agar ia tidak hilang dari kita. Di antaranya adalah sebagai berikut:
  1. Kita harus bersyukur atas nikmat Tuhan yang paling berharga itu. Kita rasakan bahwa ia adalah nikmat dan pemberian yang tidak ternilai.
  2. Kita beristiqamah mengamalkannya dengan tekun serta penuh rasa takut dan cemas kalau Allah SWT mengambilnya kembali atau takut kalau Allah Taala tarik kembali.
  3. Mestilah selalu bermujahadah (berjuang melawan hawa nafsu) dengan penuh sabar. Terutama di waktu-waktu merasa malas hendak mengerjakan kebaikan dan terasa ringan ingin melakukan kemungkaran/kejahatan.
  4. Selalu bergaul dengan kawan-kawan yang baik. Karena sangat membantu kita dalam menjaga syariat kita di dalam kehidupan sehari-hari dan kita akan merasa bahwa kita ada kawan dalam berbuat kebaikan.
  5. Kalau kita memang orang yang ada pemimpin, jangan sampai terlepas dari pimpinan tesebut. Adanya pimpinan itu perlu karena kita akan sentiasa mendapat nasihat, pengajaran serta ilmunya yang diberi dari waktu ke waktu.

Referensi

Hidayah adalah sesuatu yang perlu dijaga

Hidayah dan taufik adalah merupakan hal-hal maknawi / rohaniah yang sangat berharga. Ibaratnya adalah seperti intan berlian dalam dunia fisik. Keduanya hal ini sangat berharga. Dalam dunia fisik, orang yang memiliki intan berlian dianggap orang kaya dan mulia. Begitulah orang yang memiliki hidayah dan taufik, ibaratnya memiliki intan berlian maknawi dan rohani, orang tersebut adalah orang yang kaya di sisi Allah. Ia telah mendapat segala-galanya. Siapa saja yang mempunyainya, hidupnya terpimpin. Akhlaknya mulia. Syariatnya terjaga. Imannya teguh dan bercahaya dan ia menjadi orang yang berbahagia.
Namun demikian perlu diingat juga bahwa hidayah dan taufik dapat hilang, seperti juga barang yang berharga duniawi seperti emas, intan, berlian. Oleh itu harus dijaga dan dipelihara sebaik-baiknya agar tidak hilang dari kita. Barang yang hilang dari kita, susah untuk mendapatkannya kembali melainkan kita terpaksa harus bersusah payah berusaha mencarinya semula. Kalau tidak ia akan tetap hilang dari kita untuk selama-lamanya.
Karena itu Allah SWT, mengingatkan kita di dalam sepotong ayat Al Quranul Karim yang berbunyi:
Artinya:
"Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau gelincirkan hati-hati kami selepas Engkau memberi kami petunjuk dan kurniakan kami dari sisi-Mu akan rahmat. Sesungguhnya Engkau adalah Maha Pemberi." (Ali Imran: 8)
Dari ayat tersebut nampak bahwa hidayah itu bukan sesuatu yang bersifat kekal, maka dari itu hidayah perlu dijaga. Oleh karena itu kita perlu minta sungguh-sungguh pada Allah agar hidayah tidak hilang dari kita, serta berusaha keras agar hidayah tidak hilang.

Referensi

Sebab-sebab Seseorang Mendapat Hidayah

Sebelumnya telah dibahas mengenai peranan hidayah dalam Islam serta sumber datangnya hidayah. Pada tulisan ini diuraikan lebih lanjut hal-hal apa yang menyebabkan seseorang itu mendapat hidayah menurut Abuya Ashaari Muhammad. Berikut ini adalah sebab-sebabnya:
  1. Seseorang lahir di dalam keluarga yang beragama, maka orang tersebut mendapat didikan secara langsung dan praktek agama Islam dari suasana keluarga tersebut. Orang ini agak bernasib baik.
  2. Seseorang yang begitu saja dia lahir telah Allah bekalkan kesadaran dan petunjuk. Dari kecil sudah suka kepada kebaikan dan kebenaran. Mereka terus mencari dan mengamalkan. Golongan ini sangat sedikit. Ini adalah pemberian Allah secara wahbiah / anugerah.
  3. Orang yang di dalam perjalanan hidupnya bertemu dengan golongan atau kelompok yang beragama Islam dan mengamalkan syariat. Ketika dilihat kehidupan golongan/kelompok tersebut ternyata begitu baik dan bahagia sehingga membuatnya mengikuti golongan itu.
  4. Ada orang yang senantiasa mencari-cari kebenaran, mereka senantiasa membaca, mengkaji, membandingkan serta melihat-lihat berbagai golongan dari berbagai-bagai agama dan ideologi serta bergaul dengan golongan itu maka akhirnya mereka bertemu dengan kebenaran itu.
  5. Ada orang yang mendapat pendidikan Islam, mendengar ceramah agama, ikut kursus agama, menghadiri majelis-majelis agama maka sebagian dari mereka mendapat petunjuk dari mengaji dan mendengar itu.
  6. Ada orang yang mendapat ujian oleh Allah, mungkin setelah kaya jatuh miskin, atau mendapat sakit parah, atau ditimpa bencana alam dan lain-lain lagi, pada saat itu dia sadar dan insaf. Lantaran itu dia kembali mendekati diri kepada Allah SWT.
  7. Ada orang yang mendapat kebenaran, karena Allah beri mereka pengalaman alam kerohanian seperti melihat sesuatu di dalam mimpi seperti melihat alam barzakh, dia melihat orang kena azab/siksa, atau dia sendiri yang kena azab atau melihat Qiamat atau Allah perlihatkan kepadanya pohon bersujud, pohon bertasbih, dan lain-lain lagi hal yang ajaib. Setelah mendapat pengalaman itu mereka pun kembali kepada kebenaran.
  8. Ada orang yang sadar setelah melihat ada golongan atau keluarga yang kehidupan dunianya begitu hebat, rumah besar, kaya-raya, kendaraan yang mewah, harta banyak tapi kehidupan keluarga itu senantiasa porak-peranda, krisis sering terjadi, kasih sayang tidak ada, masing-masing membawa keinginan sendiri, ukhwah tiada maka dari peristiwa itu mereka sadar dan insaf bahwa kemewahan hidup di dunia tidak menjamin mendapat kebahagiaan di dunia, apa lagi untuk mendapat kebahagiaan di Akhirat kelak.
  9. Ada orang yang memiliki kehidupan mewah, serba ada, apapun yang diinginkan dapat, pangkat/kedudukan ada, banyak uang, namun kebahagiaan tidak dirasakan, hidup di dalam keluarga porak-peranda, lalu mereka insaf dan sadar akhirnya mencari jalan kebenaran.
  10. Ada golongan yang mendapat petunjuk karena ada orang yang soleh atau orang yang bertaqwa mendoakannya, lalu doanya dikabulkan oleh Allah, maka Islamlah dia seperti Sayidina Umar Al Khattab yang mendapat petunjuk karena doa Rasulullah SAW.

Referensi

Hidayah dalam Islam

Hidayah adalah sesuatu yang sangat berharga bagi seorang muslim, karena dari hidayah inilah titik tolak seseorang itu masuk Islam. Kemudian setelah mendapat hidayah, orang itu akan melanjutkan usahanya untuk mendapatkan iman serta lain-lain perkara lagi yang ada di dalam ajaran Islam. Jika seorang Islam itu mendapat hidayah berupa terbuka pintu hatinya untuk beramal, maka dari situlah dia berusaha untuk mempelajari ilmu Islam dari sumber Al Quran dan Hadis serta mengamalkannya. Firman Allah dari surah An An'am ayat 125 dengan pengertian sebagai berikut:

"Maka sesiapa yang Allah kehendaki untuk memberi hidayah kepadanya nescaya ia melapangkan dadanya (membuka hatinya) untuk menerima Islam."

Kalau seseorang yang belum masuk Islam belum mendapat hidayah artinya orang tersebut hatinya belum terbuka untuk menerima Islam atau masuk agama Islam. Begitu juga seorang yang sudah Islam dengan sebab keturunan, jika hidayah belum dia dapatkan artinya hatinya tidak akan terbuka untuk beramal dan memperjuangkan agama Islam. Hidayah ini anugerah dari Allah, bukan sesuatu yang muncul dari logika berpikir, bukan pula sesuatu yang dapat dibeli dengan kekayaan. Banyak orang yang tahu tentang Islam, bahkan ada juga yang mendalami ilmu Islam dengan hebatnya, tapi tidak masuk Islam juga, seperti para Orientalis. Banyak juga orang Islam yang ilmu Islamnya cukup banyak, namun lebih senang hidup dengan gaya liberal.

Setelah berusaha mempelajari dan setelah hati terbuka untuk beramal maka setelah itu mungkin akan mendapat taufiq dari Allah Taala artinya apa yang diamalkan orang tersebut tepat atau selaras dengan kehendak Allah Taala. Dengan demikian maka sempurna Islam seseorang itu karena seluruh amalan telah bergabung di situ di antara hidayah dengan taufiq.

Namun demikian sebatas hidayah pun juga sudah merupakan satu anugerah yang sangat berharga dari Allah Taala yang Maha Pemurah, karena dari hidayah pintu hati telah terbuka untuk menjadi seorang Islam atau seorang Islam telah terbuka pintu hatinya untuk mempelajari dan mengamalkan ajaran Islam. Hidayah adalah satu benda yang berharga sehingga tidak semua orang mendapatkannya atau memperolehinya.

Referensi

Saturday, September 24, 2011

Ringkasan Kewajiban Istri kepada Suami

Keluarga Muslim Sumber: karyadaridesa.deviantart

Berikut ini adalah ringkasan ayat Al Quran dan hadits mengenai kewajiban istri kepada suaminya dalam suatu keluarga:
  1. Allah Taala berfirman yang bermaksud:
    "Kaum laki-laki itu pemimpin wanita. Karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) alas sebagian yang lain (wanita) dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan harta mereka. Maka wanita yang solehah ialah mereka yang taat kepada Allah dan memelihara diri ketika suaminya tidak ada menurut apa yang Allah kehendaki. " "Wanita-wanita yang kamu kuatirkan akan durhaka padamu, maka nasehatilah mereka (didiklah) mereka. Dan pisahkanlah dari tempat tidur mereka (jangan disetubuhi) dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu bersikap curang. Sesungguhnya Allah itu Maha Tinggi lagi Maha Besar." (An Nisa : 34)
  2. Nabi SAW bersabda yang bermaksud:
    "Siapa saja isteri yang meninggal dunia, sedangkan suaminya redha terhadap kepergiannya, maka ia akan masuk Surga."
    (Riwayat Tarmizi)

  3. Nabi SAW bersabda yang bermaksud:
    "Apabila seorang isteri telah mendirikan sholat lima waktu dan berpuasa bulan Ramadhan dan memelihara kehormatannya dan mentaati suaminya, maka diucapkan kepadanya: Masuklah Surga dari pintu surga mana saja yang kamu kehendaki."
    (Riwayat Ahmad dan Thabrani)
  4. Seorang perempuan datang ke hadapan Nabi SAW lalu berkata, "Wahai Rasulullah SAW, saya mewakili kaum wanita untuk menghadap tuan (untuk menanyakan tentang sesuatu). Berperang itu diwajibkan oleh Allah hanya untuk kaum laki-laki, jika mereka terkena luka, mereka mendapat pahala dan kalau terbunuh, maka mereka adalah tetap hidup di sisi Allah. lagi dicukupkan rezekinya (dengan buah-buahan Surga). Dan kami kaum perempuan selalu melakukan kewajiban terhadap mereka (yaitu melayani mereka dan membantu keperluan mereka) lalu apakah kami boleh ikut memperoleh pahala berperang itu?"
    Maka Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud: "Sampaikanlah kepada perempuan-perempuan yang kamu jumpai bahwa taat kepada suami dengan penuh kesadaran maka pahalanya seimbang dengan pahala perang membela agama Allah. Tetapi sedikit sekali dari kamu sekalian yang menjalankannya."
  5. Diceritakan dari Nabi SAW bahwa baginda bersabda, maksudnya:
    "Sungguh-sungguh meminta ampun untuk seorang isteri yang berbakti kepada suaminya yaitu burung di udara, ikan-ikan di air dan malaikat di langit selama ia selalu dalam kerelaan suaminya. Dan siapa saja dikalangan isteri yang tidak berbakti kepada suaminya, maka ia mendapat laknat dari Allah dan malaikat serta semua manusia. "
  6. Nabi SAW bersabda yang bermaksud:
    "Tiga orang yang tidak diterima sholatnya (tidak diberi pahala sholatnya) oleh Allah dan tidak diangkat kebaikan mereka ke langit ialah: hamba yang lari dari tuannya hinggalah dia kembali, seorang isteri yang dimurkai oleh suaminya hinggalah dia memaafkannya, orang yang mabuk hingga dia sadar kembali."
  7. Nabi SAW bersabda yang bermaksud:
    "Jika seorang isteri berkata kepada suaminya: Tidak pernah aku melihat kebaikanmu sama sekali, maka hancur leburlah pahala amal kebaikannya."
    Keterangan:
    Maksud Hadis ini ialah jika seorang isteri memperkecilkan usaha baik suaminya seperti dalam memberi nafkah dan memberi pakaian maka hancur leburlah pahala amal kebaikannya.
  8. Nabi Muhammad SAW bersabda, maksudnya:
    "Siapa saja isteri yang meminta cerai dari suaminya tanpa sebab-sebab yang sangat diperlukan, maka haramlah bau Surga ke atasnya."
    Keterangan:
    Hal ini biasanya terjadi pada seorang isteri yang tidak berminat kepada suaminya lagi kecuali kalau sang istri meminta cerai kepadanya karena kuatir tidak dapat menjalankan kewajiban terhadap suaminya untuk menghindarkan diri dari kekecewaan suaminya.
  9. Nabi SAW bersabda maksudnya:
    "Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada seorang isteri yang tidak bersyukur kepada suaminya."
    Keterangan:
    Hal ini dapat terjadi pada suami yang miskin dan isteri yang kaya. Lalu isteri itu menafkahkan hartanya kepada suaminya, kemudian mengungkitnya.
  10. Nabi SAW bersabda yang bermaksud:
    "Pertama urusan yang ditanyakan kepada isteri pada hari Kiamat nanti ialah mengenai sholatnya dan mengenai urusan suaminya (apakah ia menjalankan kewajibannya terhadap suaminya atau tidak). "
  11. Nabi SAW bersabda yang bermaksud:
    "Empat perempuan yang berada di Neraka ialah:
    • Perempuan yang kotor mulutnya terhadap suaminya. Jika suaminya tidak ada di rumah ia tidak menjaga dirinya dan jika suaminya bersamanya ia memakinva (memarahinya).
    • Perempuan yang memaksa suaminya untuk memberi apa yang suami tidak mampu.
    • Perempuan yang tidak menjaga auratnya dari kaum laki-laki dan memperlihatkan kecantikannya (untuk menarik kaum laki laki).
    • Perempuan yang tidak mempunyai tujuan hidup kecuali makan minum dan tidur, dan ia tidak mau berbakti kepada Allah dan tidak mau berbakti kepada Rasul-Nya dan tidak mau berbakti kepada suaminya."
  12. Al Hakim bercerita bahwa seorang perempuan berkata kepada Nabi SAW: "Sesungguhnya putera bapa saudaraku melamarku. Oleh karena itu berilah peringatan kepadaku apa kewajiban seorang isteri terhadap suaminya. Kalau kewajiban itu sesuatu yang mampu aku jalankan, maka aku bersedia dinikahkan." Maka Baginda bersabda: "Kalau mengalir darah dan nanah dari kedua lubang hidung suaminya lalu (isteri) menjilatnya, maka itu pun belum dianggap menjalankan kewajibannya terhadap suaminya. Seandainya diperbolehkan untuk manusia bersujud kepada manusia lain, tentu aku perintahkan :seorang isteri bersujud kepada suaminya."
    Berkatalah perempuan itu, "Demi Tuhan yang mengutus Tuan, aku tidak akan menikah selama dunia ini masih ada."
  13. Sayidina Ali k.w.j. berkata: "Aku masuk ke rumah Nabi SAW berserta Fatimah lalu aku dapati Baginda sedang menangis tersedu-sedu, kemudian aku berkata: "Tebusan Tuan adalah ayahku dan ibuku wahai Rasulullah, apakah yang membuat Tuan menangis?" Baginda bersabda, "Wahai Ali! Pada malam aku diangkat ke langit aku melihat kaum perempuan dari umatku disiksa di Neraka dengan bermacam-macam siksaan, lalu aku menangis karena begitu berat siksaan mereka yang aku lihat. Aku melihat perempuan yang digantung dengan rambutnya serta mendidih otaknya. Dan aku melihat perempuan yang digantung dengan lidahnya sedangkan air panas dituangkan pada tenggorokannya.
    Dan aku melihat perempuan yang benar-benar diikat kedua-dua kakinya sampai kedua-dua susunya dan diikat kedua-dua tangannya sampai ubun-ubunnya dan Allah mengarahkan ular ular dan kalajengking menyengatinya. Dan aku melihat seorang perempuan yang berkepala babi dan bertubuh keledai dan ia ditimpakan sejuta siksaan. Dan aku melihat seorang perempuan berbentuk anjing dan api masuk dari mulutnya dan keluar dari duburnya (jalan belakang) sementara malaikat memukul kepalanya dengan tongkat besar dari api Neraka
    ." Lalu Sayidatina Fatimah Az Zahra r.ha berdiri dan berkata, "Wahai kekasihku dan cahaya mataku! Perbuatan apa yang dilakukan oleh mereka hingga ditimpa seksaan ini?" Maka Nabi SAW bersabda: "Wahai anakku! Adapun perempuan yang digantung rambutnya itu adalah karena dia tidak menutupi rambutnya dari pandangan kaum laki-laki ajnabi.
    Adapun perempuan yang digantung dengan lidahnya karena dia telah menyakiti suaminya.
    Adapun perempuan yang digantung kedua-dua susunya karena dia telah mempersilahkan (orang lain) untuk menduduki tempat tidur suaminya.
    Adapun perempuan yang diikat kedua-dua kakinya sampai keduadua susunya dan diikat kedua-dua tangannya sampai ke ubun ubunnya dan Allah mengarahkan ular-ular untuk menggigitnya dan kala jengking untuk menyengatinya karena dia tidak mandi junub setelah haid dan dia mempermainkan (meninggalkan) sholat. Adapun perempuan yang berkepala babi dan berbadan keledai karena dia adalah ahli adu domba dan pembohong. Adapun perempuan yang berbentuk anjing dan api masuk ke mulutnya dan keluar dari duburnya karena ia ahli umpat lagi penghasut.
    Wahai anakku! Celaka bagi perempuan yang tidak berbakti kepada suaminya.
    "
  14. Rasulullah SAW pernah berkata kepada Siti Fatimah: "Ya Fatimah, apabila seorang wanita meminyakkan rambut suaminya dan janggutnya, memotong kumis dan menggunting kukunya maka Allah akan memberinya minum dari air Surga yang mengalir di sungai sungainya dan diringankan Allah baginya sakaratul maul dan akan didapatinya kubumya menjadi sebuah taman yang indah dan taman taman Surga. "

    Penjelasan: demi cinta terhadap suaminya seorang isteri akan melakukan khidmat dan bakti kepada suaminya cara hal yang sebesar. besarnya sampai hal yang sekecil-kecilnya seperti menggunting kuku, memotong kumis, dan meminyakkan rambut suami.
  15. Umar bin Khatab mengatakan,bahwa Rasulullah saw bersabda:"AYYUMAA IMRA-ATIN RAFA'AT SHAUTAHAA 'ALAA ZAUJIHAA ILLAA LA'ANAHAA KULLU SYAI-IN THALA'AT 'ALAIHI SYAMSU ".(AL HADITS) "Mana saja isteri yang memperkeraskan suaranya kepada suaminya kecuali dilaknat oleh segala sesuatu yang tersinar oleh sinar mentari. (Al Hadits)
  16. Abu Dzar mengatakan, aku mendengar bahwa Rasulullah saw bersabda: "Sesungguhnya kalaupun seseorang isteri beribadah seperti ibadahnya para malaikat dan manusia yang ahli ibadah.Kemudian ia membuat keprihatinan kepada suaminya karena masalah nafkah, kecuali pada hari kiamat ia datang sementara tangannya terbelenggu pada leher dan kakinya terikat, mulutnya dirobek, wajahnya pucat dan dirinya digantung oleh malaikat yang sangat keras seraya diseret menuju neraka". (al hadits)
  17. Salman Al Farisi mengatakan, aku mendengar bahwa Rasulullah saw bersabda: "Mana saja isteri yang bersolek dan mengenakan wewangian, keluar rumah tanpa mendapat izin dari suaminya, maka sesungguhnya dia berjalan dalam kemurkaan Allah dan kebencianNYA hingga kembali".(Al Hadits)
  18. Rasulullah saw bersabda:"AYYUMAMRA-ATIN NAZA'AT TSIYAABAHAA FII GHAIRI BAITIHAA KHARAQALLAAHU 'AZZA WAJALLA 'ANHAA SITRAHU"(rawahu ahmad dan thabrani dan hakim dan baihaqi) "Mana saja isteri yang menukar pakaiannya dilain rumah dengan maksud sengaja di buka supaya terlihat lelaki lain,maka Allah pasti merobek penutupnya (yakni Allah tidak akan menutupi dosanya ).(dari ahmad thabrani al-hakim dan al baihaqi)
  19. Tersebut dalam riwayat Al Hakim bahwa,ada salah seorang perempuan bertanya kepada Nabi saw, katanya:"Sesungguhnya putra pamanku bermaksud melamar aku,karena itu jelaskan kepadaku apa saja hak-hak suami atas istrinya. Jika hak-hak itu sanggup aku jalani niscaya aku siap menikah.Rasulullah saw menjawab:"Diantara hak-hak suami adalah seandainya dari hidungnya mengalir darah atau nanah, maka istrinya menjilatinya maka yang demikian itu belum cukup menunaikan hak-haknya.Seandainya diperbolehkan seseorang bersujud kepada orang lain,tentu aku perintahkan seorang istri supaya bersujud kepada suaminya". Wanita itu berkata: "Demi dzat yang mengutusmu dengan hak, selama di dunia aku tak akan menikah".
  20. Tersebut dalam riwayat diberitakan oleh Aisyah Ra bahwa, ada seorang perempuan datang menghadap Nabi saw seraya berkata:"Hai rasulullah,aku ini seorang wanita yang masih muda. Baru-baru ini aku sedang dilamar seseorang tapi aku belum suka menikah, sebenarnya apa sajakah hak-hak suami atas istrinya itu? "Rasulullah saw menjawab: "Sekiranya mulai dari muka hingga sampai kakinya dipenuhi oleh penyakit bernanah, lalu istrinya menjilati seluruhnya, maka yang demikian itu belum terbilang memenuhi rasa syukur terhadap suami". Perempuan muda itu berkata: "Kalau begitu pantaskah aku menikah?". Rasulullah saw berkata:"Sebaiknya menikahlah karena menikah itu baik".
  21. Tersebut dalam riwayat At Thabrani:"Sesungguhnya seorang istri terhitung belum memenuhi hak-hak Allah ta'ala sehingga dia memenuhi hak-hak suaminya keseluruhan. Seandainya suaminya meminta dirinya sementara ia masih berada diatas punggung onta,maka ia tidak boleh menolak suaminya atas dirinya".(yang di maksud meminta dirinya adalah meminta untuk melayani seksual suaminya). (Al hadits)
  22. Ibnu Abbas Ra mengatakan,ada seorang perempuan dari kats'am menghadap Rasulullah saw, katanya:"Aku ini seorang perempuan yang masih sendirian, aku bermaksud menikah. Sesungguhnya apa sajakah hak-hak suami itu? Beliau menjawab: "Apabila suami menghendaki istrinya seraya terus menggoda, sementara waktu itu istrinya masih diatas punggung unta, maka ia tidak boleh menolaknya. Diantara hak suami adalah hendaknya istri jangan memberikan sesuatu apapun dari rumahnya kecuali mendapat izin dari suaminya. Kalau ia tetap melakukan perbuatan itu, maka ia berdosa dan pahalanya diberikan kepada suaminya. Diantara hak suami yang lain adalah hendaknya istri jangan berpuasa sunnah kecuali mendapat izin dari suaminya, kalau ia tetap berpuasa maka hanya mendapat rasa lapar dan dahaga, puasanya tidak diterima. Kalau istrinya memaksa keluar rumah tanpa memperoleh izin dari suaminya maka ia dilaknati para malaikat, hingga kembali dan bertaubat".(Al hadits)
  23. Rasulullah bersabda :"AWWALU MAA TUS-ALUL MAR-ATU YAUMAL QIYAAMATI 'ANSHOLAATIHAA WA'AN BA'LIHAA">(al hadits) "Pertama kali yang di pertanyakan kepada seorang isteri pada hari kiamat adalah tentang sholatnya dan suaminya".
  24. Rasulullah bersabda:"Permulaan yang di perhitungkan dari seseorang lelaki (suami) adalah mengenai shalatnya,kemudian tentang istrinya dan perkara-perkara yang di kuasainya. Jika pergaulannya bersama mereka baik dan lelaki itu berlaku baik kepada semuanya, maka Allah berbuat bagus kepadanya. Dan permulaan perkara yang di perhitungkan (yakni dihisab) bagi perempuan adalah tentang shalatnya kemudian tentang hak-hak suaminya .(al hadits)
  25. Rasulullah saw bersabda kepada istrinya: "Dimana engkau mempunyai kewajiban kepada suamimu?. Istri beliau menjawab :Aku tidak akan berbuat lalai dalam melayaninya, kecuali terhadap hal-hal yang kurasa tidak mampu kulakukan. Rasulullah saw pun melanjutkan : "Bagaimanapun kamu bergaul bersamanya maka sesungguhnya suamimu adalah sorga dan nerakamu".(al hadits)
  26. Tersebut dalam riwayat, bahwa Nabi Saw bersabda: "Ada empat macam wanita yang masuk sorga dan empat macam wanita yang lain masuk neraka. Diantaranya empat macam wanita yang masuk sorga adalah, istri yang memelihara kesucian (kehormatan dirinya ), menaati perintah Allah dan menaati suaminya, banyak anaknya, penyabar, mudah menerima pemberian sedikit bersama suaminya, mempunyai rasa malu. Kalau suaminya tidak ada ditempat(sedang pergi) ia memelihara dirinya dan harta suaminya. Kalau suaminya sedang di rumah ia mengekang lisannya. Yang lain adalah isteri yang ditinggal mati suaminya, ia mempunyai anak banyak tetapi ia menahan diri untuk kepentingan anak-anaknya, memelihara mereka berlaku baik pada mereka dan tidak menikah lagi karena khawatir jika menyia-nyiakan anak-anaknya itu. Adapun empat wanita yang lain yang di tetapkan masuk neraka adalah, istri yang berlisan buruk pada suaminya, kalau suaminya sedang pergi ia tidak menjaga kehormatan dirinya, kalau suaminya berada dirumah lisannya terus mencerca dengan kata-kata yang buruk,dan isteri yang membebani suaminya dengan beban yang tidak sanggup dipikulnya,dan isteri yang tidak menutup dirinya dari lelaki lain bahkan ia keluar rumah dengan dandanan yang berlebihan, dan isteri yang tidak mempunyai aktivitas lain kecuali makan, minum, tidur dan tidak mempunyai kecintaan untuk melaksanakan sholat, tidak menaati Allah dan rasulNYA dan tidak berusaha menaati suaminya. Isteri yang bersikap seperti itu adalah istri yang terlaknat, termasuk ahli neraka, kecuali jika segera bertaubat.(al hadits)
  27. Kata Sa'ad bin Waqash, aku mendengar rasulullah saw bersabda: "Sesungguhnya seorang istri jika tidak membesarkan hati suaminya sewaktu mengalami kesempitannya,maka Allah akan melaknatnya dan begitu pula para malaikat semuanya ikut melaknat dirinya .(al hadits)
  28. Salman Al farissi mengatakan bahwa aku mendengar Rasulullah saw bersabda:"MAA NADZARATIMRA-ATUN ILAA GHAIRI ZAUJIHAA BISYAHWATIN ILLAA SUMMIRAT 'AINAHAA YAUMANLQIYAAMATI.(al hadits) "Tidaklah seoarang istri yang memperhatikan lelaki yang bukan suaminya di sertai syahwat, kecuali kedua matanya kelak di hari kiamat akan di butakan".
  29. Abu Ayyub Al Anshari mengatakan, aku mendengar bahwa Rasulullah saw bersabda: "Dilangit dunia, Allah menciptakan (menempatkan) tujuh puluh ribu malaikat, dimana mereka melaknati setiap isteri yang menghianati suaminya dalam penggunaan hartanya. Di hari kiamat kelak mereka dikumpulkan bersama para tukang sihir, para dukun, kendati sepanjang hidupnya dihabiskan untuk melayani suaminya".(al hadits)
  30. Kata Mu'awiyah, sesungguhnya aku mendengar bahwa rasulullah saw besabda:"AYYUMAA IMRA-ATIN AKHADZAT MIN MAALIN ZAUJIHAA BIGHAIRI IDZNIHI ILLA KAANA 'ALAIHAA WIZRUU SAB'IINA ALFA SAARIQ".
    "Mana saja seorang isteri yang mengambil harta suaminya, tanpa seizinnya kecuali dirinya mendapat tujuh puluh dosanya pencuri". (al hadits)
  31. Rasulullah saw bersabda:"Allah mengharamkan setiap orang masuk sorga sebelum aku, hanya saja melihat dari sebelah kananku seorang perempuan yang mendahului aku menuju pintu sorga. Aku bertanya "Bagaimana perempuan ini mendahuluiku? Dijawab:"Hai Muhammad, dia adalah perempuan yang bagus. Ia mempunyai anak-anak yatim tetapi ia bersabar merawat mereka hingga mencapai usia beligh. Lalu dia bersyukur kepada Allah terhdap semua itu".(al hadits)
Nasehat dari para ulama tentang kewajiban istri kepada suaminya:
  1. Sayidina Ali k.w.j. berkata: "Seburuk-buruk sifat bagi kaum laki laki itu adalah sebaik-baik sifat bagi kaum perempuan yaitu kikir dan bersikap keras dan takut. Karena sesungguhnya perempuan itu jika kikir, maka ia memelihara harta suaminya dan jika bersikap keras, maka ia menjaga diri dari berbicara kepada setiap orang dengan perkataan yang halus (mesra) yang menimbulkan sangkaan yang buruk, dan jika penakut. maka ia takut dari segala sesuatu, oleh karena itu ia tidak berani keluar dari rumahnya dan ia menjauhi tempat-tempat yang menimbulkan kecurigaan yang buruk karena takut kepada suaminya".
  2. Aisyah r.a. berkata:
    "Wahai kaum wanita Seandainya kamu mengerti kewajiban terhadap suamimu, tentu seorang isteri akan menyapu debu dari kedua telapak kaki suaminya dengan sebagian mukanya."
  3. Imam Thabrani menceritakan bahwa seorang isteri tidak dianggap menjalankan kewajibannya terhadap Allah hingga ia menjalankan kewajibannya terhadap suaminya, dan seandainya suami memintanya (untuk digauli) sedang ia (isteri) di atas belakang unta maka tidak boleh dia menolaknya.
  4. Istri senantiasa menyediakan air di sisi suami. Selama ia berbuat yang demikian selama itulah ia didoakan keampunan oleh para malaikat.
  5. Memasak makanan menurut kesukaan atau selera suami.
  6. Menambal baju atau pakaian suami yang sudah buruk.
  7. Siapkan barang-barang keperluan di dalam sakunya seperti sisir, celak, sikat gigi. cermin dan minyak wangi (ikut Sunnah).
  8. Istri mengikuti kemauan suami pada waktu bersenda gurau, memijat, mengipas dan sebagainya.
  9. Seorang isteri hendaklah menyadari bahwa seorang suami bagi isteri adalah bagaikan ayah bagi seorang anak karena taatnya seorang anak kepada ayahnya dan memohon keredhaannya adalah wajib Seorang suami pula tidak wajib mentaati isteri
  10. Istri hendaknya menjadi pendorong serta penasehat dalam hal-hal kebaikan.
  11. Memahami hal-hal yang digemari dan yang dibenci oleh suami.
  12. Setiap perbuatannya hendaklah menyenangkan hati suami.
  13. Senantiasa menambahkan ilmu agamanya serta amalan.amalannya dengan berbagai macam cara seperti membaca, mendengar kaset-kaset ceramah agama serta mengikuti majlis- majlis agama.
  14. Seharusnya seorang isteri mengetahui kedudukan dirinya seolah olah seorang 'hamba' perempuan yang dimiliki oleh suaminya atau sebagai 'tawanan' yang lemah. Oleh karena itu dia tidak boleh membelanjakan sedikit pun dari hartanya (sendiri) kecuali dengan seijin suaminya karena ia diumpamakan sebagai orang yang dalam kawalan (perhatian).
  15. Wajib bagi seorang isteri:
    • Merendahkan pandangannya terhadap suaminya.
    • Tidak berkhianat terhadap suaminya ketika suaminya tidak ada termasuk juga hartanya.
    • Menunaikan hajat suami (jika diajak oleh suaminya) biarpun di waktu sibuk atau susah (ditamsilkan berada di punggung unta oleh Rasulullah).
    • Meminta ijin suami untuk keluar dari rumahnya. Kalau keluar rumah tanpa ijin suaminya maka dia dilaknati oleh malaikat sampai ia bertaubat dan kembali.
  16. Siapa saja di kalangan isteri yang bermuka masam di hadapan suaminya, maka ia dalam kemurkaan Allah sampai ia dapat membuat suasana yang menggembirakan suaminya dan memohon kerelaannya.

Referensi

Perbedaan antara Imam Mahdi Syiah dan Sunni

Berikut ini adalah daftar perbedaan utama antara Imam Mahdi dalam Sunni dan Imam Mahdi dalam Syiah. Syiah yang dijadikan perbandingan pada artikel ini adalah kelompok Syiah Imamiah Isna Asyariyah.

Imam Mahdi menurut Syiah Imamiah Imam Mahdi menurut Ahlus Sunnah wal Jamaah (Sunni)
Jawatan Imam Kedua Belas & terakhir bagi Syiah Imamiah. Wali Qutub & tidak ditentukan sebagai yang kedua belas.
Nama Muhammad bin Al-Hasan Al-Askari. Muhammad bin Abdullah.
Keturunan Ahlulbait, generasi kedua belas. Ahlulbait, generasi ke-33.
Nama Ayah Al-Hasan Al-Askari bin Ali Al-Hadi. Abdullah bin (tidak ditetapkan).
Nama Ibu Narjis Khatun. Aminah binti (tidak ditetapkan).
Keturunan Ibu Rom / Eropah. Ajam.
Tempat Lahir Kota Samarra, Iraq. Wilayah Ajam / Timur.
Kuniyat (julukan) Abu Qasim. Abu Abdillah.
Bangsa Arab Quraisy, Alawiyin. Arab Quraisy + Ajam.
Makam Kota Karbala, Iraq. Baitulmaqdis, Palestin.
Perkawinan Belum menikah. Sudah menikah
Pemerintahan Kira-kira seribu tahun. Kira-kira empat puluh tahun.
Pembantu 4 orang Naib / Bab. Ikhwan / Abdal / Nujabak / Asoib.
Ghaib Ghaib as-Sughra (ghaib kecil) & Ghaib al-Kubra (ghaib besar). Masuk ke alam wali & kini adalah Ketua Rijalul Ghaib.
Umur 6 atau 9 tahun. 40 tahun +
Taraf Maksum, Imam Suci. Wali Qutub / Sayidul Mujaddidin
Pelantikan Ditunjuk secara khusus. Ditunjuk secara umum.
Aurad / Tarekat Tidak ada Ada / Wirid Tarekat.
Konsep Ada Raj’ah. Tiada Raj’ah.
Kepercayaan Bagian dari Rukun iman. Perkara Furuk-furuk (cabang) kepada rukun iman.
Bilangan hadis Lebih kurang seribu buah. Tidak sampai seratus.

Referensi

Sunday, September 11, 2011

Uraian Istiqomah yang besar dalam Islam

Arti hadis:
"Sebaik-baik amalan ialah amalan yang senantiasa atau istiqomah dilakukan sekalipun sedikit."
Ini adalah panduan dari Rasulullah SAW untuk kita umat Islam yang jadi pengikut Rasulullah SAW. Amalan itu baik bila dikekalkan sekalipun amalan itu sedikit.

Ada hadis lain yang mengatakan:
"jangan kamu minta dari Allah kewalian tetapi mintalah istiqomah sebab istiqomah itu adalah satu ciri wali" .
Bila kita istiqomah atau tetap pendirian, bukan mudah. Orang bertaqwa zaman dulu pernah buat pengakuan susah hendak stiqomah. Kalau ada orang boleh istiqomah 40 hari berturut-turut itu luar biasa.

Istiqomah yang besar-besar yang akan kita bahas diantaranya :
  1. Tentang akidah.
  2. Ibadah asas, ibu ibadah terutama shalat .
  3. Jamaah.
  4. Perjuangan dll.

1. Istiqomah dalam akidah/keyakinan

Orang yang benar-benar kenal Allah, ada bekasnya pada kepribadiannya. Dia takut dengan Allah, cinta dengan Allah, rasa hamba Allah, dia rasa bertuhan, tawadhuk dengan Allah, syukur dengan Allah, sekaligus apa yang disebut tadi itu akhlak dengan Allah . Bagi orang yang berakidah benar-benar kenal Allah, otomatis lahir dari dirinya pribadinya akhlak dengan Allah, takut, cinta, tawadhu, sabar, redho, syukur. Mudahkan untuk istiqomah? Takut dengan Allah, redho dengan Allah, mudah kah istiqomah? Merendah hati, malu dengan Allah, tawadhuk dengan Allah, mudah ke nak istiqomah? Kita dalam shalat pun tak ada rasa dengan Allah, diluar shalat lagilah. Padahal Allah itu, kalau orang benar-benar kenal, lebih nampak daripada harimau, hanya saja Allah tak kelihatan. Kalau kita berhadapan dengan harimau, kita sanggup istiqomah. Ketika kita berhadapan dengan harimau, apakah terjadi sebentar takut, sebentar tidak takut? Allah lebih hebat dari harimau. Tapi di depan Allah kita sekejap takut sekejap tak takut. Hendak istiqomah berakhlak dengan Allah, susah. Kadang takut, kadang tak takut, kadang sabar kadang tak sabar. Sebab itu Rasulullah SAW kata jangan minta jadi wali, mintalah jadi istiqomah, istiqomah satu ciri dari wali.
Hendak istiqomah takut dengan Allah, rasa hamba, tawadhuk bukan mudah. Hendak istiqomah yang besar yaitu takut Allah sulit, apalagi yang lain. Paket akidah dengan Allah, rasa hamba, takut, cinta redho, tawadhuk ... muadh kah hendak istiqomah? Kenal lah diri kita siapa.

2. Istiqomah dalam shalat fardhu

Dalam shalat fardhu ada 3 paket istiqomah:
  • Shalat pada waktunya
  • Berjemaah.
  • Khusyuk .
Syarat dan rukun shalat kita semua sudah maklum, kita tak perlu bahas lagi. Yang paling ringan, shalat di awal waktu , hendak dikekalkan 40 hari pun payah. Kalau kekal 40 hari, susah mau berjemaah pula. Kalau dapat berjemaah, sekejap khusyuk sekejap tak khusyuk. Kalau kita dapat sesuatu benda yang menyenangkan, hal itu terbawa dalam shalat. Ada orang dapat menebus hutangnya, terbawa dalam shalat . Mana khusyuk lagi. Dapat nikmat duit, hilang nikmat khusyuk.

Jadi hendak istiqomah dalam hal shalat dalam 3 aspek tadi susah. Kalau bolehlah dapat 40 hari cukup. Itu sudah luar biasa. Efeknya kalau benar-benar shalat di atas waktu, berjemaah dan khusyuk, akan dapat berakhlak dengan manusia, kasih sayang, dapat bekerjasama, tolak ansur, berperikemanusiaan, maaf bermaaf, pemurah. Kalau dapat kekal di atas waktu, kekal berjemaah, tapi tidak khusyuk, maka susah mau berakhlak baik dengan manusia, sebab tak menghayati, yaitu tak dapat berakhlak dengan manusia, tak dapat berkasih sayang, dan tak dapat bekerjasama.

3. Istiqomah dalam jemaah .

Untuk istiqomah berada dalam jemaah senang tapi hendak istiqomah dalam komitmen, rasa tanggung jawab pada jemaah, mengisi jemaah susah. Menjiwai jemaah tak istiqomah.

4. Berjuang

Berjuang di sini maksudnya adalah memperjuangkan munculnya kehidupan Islam di dalam masyarakat. Berjuang itu sulit untuk istiqomah. Kadang sungguh-sungguh kadang tak sungguh-sungguh. Kesungguhannya turun naik. Bila ada masalah sedikit, dah jadi turun semangat. Memperjuangkan kehidupan Islam perlu pengorbanan, namun istiqomah dalam berkorban juga susah. Siti Aisyah kareana istiqomah dia kekalkan setiap hari sedekah, waktu tak ada apa yang nak dimakan, dia tak mau batalkan sedekah, setidaknya dia sedekah setengah kurma supaya tidak terputus istiqomah .

Kalau 4 perkara besar-besar ini kita susah mau istiqomah, perkara-perkara kecil lagi lebih susah. Mau shalat malam (tahajud), tawadhuk, pentingkan orang lain, mudah kah istiqomah? Mau kekalkan perkara-perkara sunat lagi susah. Yang besar-besar, penting-penting tak mampu kita buat. Sebab itu Rasulullah SAW kata jangan minta jadi wali, minta istiqomah, sebab istiqomah itu ciri wali . Kalau benda-benda besar sanggup istiqomah, itu luar biasa. Siapa dapat istiqomah yang besar-besar tadi 40 hari luar biasa. Kita ikut Islam ikut-ikutan, belajar ilmu tak habis, mengaji tak serius. Kita tak dididik begitu. Katalah dalam hal ilmu, apa kata Rasulullah SAW? Tuntutlah ilmu dari buaian hingga ke liang lahad. Ilmu penting, ilmu menyuluh, sebab itu jangan istirahat belajar dari buaian sampai nak mati. Kita umumnya setelah sekolah tak mengaji lagi, dapat gelar BA, Master cukup sudah.

Jadi belajar ilmu kena istiqomah bukan shalat saja sebab dari ilmulah shalat jadi baik, berjuang jadi baik, jemaah lagi baik. Dari ilmu juga, ada masalah boleh selesaikan, kasih sayang bertambah baik. Sebab itu diperintahkan menuntut ilmu dari buaian hingga liang lahad. Sekian.

Referensi: